Senin, 29 Februari 2016

Minggu, 28 Februari 2016

Anak-anak Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam


Sudah kenal belum dengan keturunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam ? Belum ? Lho, katanya cinta beliau ? Pas ditanya tentang artis terkenal aja tahu sampai ke hiruk-pikuk kehidupannya. Oke, kalau gitu langsung aja ya ..

Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam mempunyai anak berjumlah tujuh orang. Tiga laki-laki dan empat perempuan. Semua lahir dari rahim Khadijah radhiallahu 'anha, kecuali Ibrahim yang lahir dari Mariah Al-Qibthiyyah. Anak pertama beliau adalah Qasim. Dari nama inilah beliau bernama kunyah Abu Qasim. Qasim lahir pada masa sebelum kenabian.  Kemudian lahir Zainab, Ruqayyah, baru Ummu Kultsum, dan Fathimah. Setelah menjadi nabi, beliau dikaruniai Abdullah. Disebut juga At-Thayyib Ath-Thahhir, karena dilahirkan dalam Islam. Ada riwayat menyebutkan namanya Thahhir bukan Thayyib dan ini dibenarkan oleh sebagian ulama. Kemudian Ibrahim. Ia dilahirkan di Kota Madinah tahun ke-8. Ibrahim wafat setelah berumur satu tahun sepuluh bulan. Oleh sebab itu, Nabi shallallahu 'alaihi wassalam bersabda, " Akan ada wanita yang menyusuinya di Jannah." (Al Bukhari : 1382, Muslim : 2316).

Semua anak beliau meninggal dunia sebelum beliau, kecuali Fathimah radhiallahu 'anha. Ada riwayat yang mengatakan enam bulan sepuluh hari, ada juga riwayat yang menyebutkan delapan bulan, dan ada juga riwayat yang menyebutkan selain itu.

Sekian semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan juga menambah kecintaan kita kepada Allah Ta'ala dan Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam
.......

Sumber : Sejarah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wassalam karya Ibnu Katsir

Imamnya Sunnah dan Fakihnya Para Ahli Hadits


Bernama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Lahir di Kota Baghdad pada tahun 164 H di bulan Rabiul Awwal. Ayahandanya adalah seorang komandan pasukan di Kota Khurosan. Beliau ditinggal ayahnya pada saat usia tiga tahun, dan beliau tumbuh dalam kondisi yatim. Ibunya, Shafiyya Asy Syaibani menggantikan peran sang ayah, mendidiknya penuh perhatian dan kesungguhan. Beliau hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Hal ini mendorongnya untuk mandiri dan mulai bekerja sejak dini. Beliau menjahit pakaian dan menjualnya. Bahkan beliau rela menjadi tukang angkut barang di jalanan. Hal ini lebih mulia dan baik baginya daripada menengadahkan tangan meminta-minta dari orang lain. Beliau telah hafal seluruh isi Al Quran saat berumur 14 tahun.Selain iru, beliau juga belajar bahasa Arab dan menulis. Ahmad muda sangat cinta pada ilmu hingga sang ibu merasa khawatir dengan kelelahandan perjuangan keras yang dikerahkannya saat belajar. Suatu hari beliau hendak pergi belajar sebelum waktu subuh. Namun, sang ibu memegang kain bajunya dan menegurnya dengan lembut, "Duh Ahmad, tunggulah sampai orang-orang telah bangun dari tidur mereka."
Waktu terus berlalu, usia beliau telah lima belas tahun. Beliau berkeinginan untuk belajar hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam dari ulama besar. Ia belajar pada semua ulama Baghdad yang ada. Diantara gurunya adalah Abu Yusuf (murid Imam Abu Hanifah), dan Hasyim bin Masyir. Setelah itu, Ahmad berpikir untuk bepergian ke negeri-negeri muslim untuk menuntut ilmu dari para ulama Islam. Demi mendapatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kenamaan tersebut, beliau melakukan perjalanan ke Kota Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, Iraq, dan negeri-negeri Islam yang lain. Karena kecintaan beliau terhadap ilmu, beliau rela berjalan kaki ke tempat tujuan hingga kakinya pecah-pecah. Dengan seizin Allah Ta'ala, perjuangan beliau menuai hasil, Jadilah beliau ulama besar sepanjang zaman. Meski begitu, semangatnya dalam belajar tak pernah surut. Seorang sahabat beliau pernah bertanya kepada beliau, Sampai kapan engkau akan menuntut ilmu, padahal saat ini engkau sudah menjadi imamnya kaum muslimin dan seorang alim besar?!" Beliau pun menjawab, "Ma'al mahbarah ilal maqbarah (bersama tempat tinta hingga ke liang kubur)." Di masanya, tak ada seorang pun yang lebih hafal hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam dibanding dirinya. Sampai akhirnya beliau disebut imamnya sunnah dan fakihnya para ahli hadits. Ada yang mengatakan bahwa beliau telah hafal satu juta hadits mencakup hadits, atsar, dan fatwa para tabi'in. Ahmad bin Hanbal adalah seorang yang zuhud terhadap dubia, rela dengan sedikit harta. Namun, hari-hari beliau disibukkan dengan beribadah dan berdzikir kepada Allah Ta'ala. Meski kesibukannya dalam ilmu luar biasa, tapi beliau tidak melupakan untuk merawat tubuhnya. Tubuh dan pakaian beliau bersih, dan rajin merapikan rambut. Beliau juga dekat dengan fakir miskin. Beliau sangat sangat santun, rendah hati, tenang, dan pemalu. Namun, di sisi kelembutannya, beliau bisa begitu tegas san keras apabila larangan Allah Ta'ala dilanggar. Imam Syafi'i rahimahullahu ta'ala pernah berkomentar, "Aku keluar (meninggalkan) Baghdad, sementara itu tidak aku tinggalkan kota tersebut orang yang lebih wara', lebih fakih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal." Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H, setelah sakit berat. Kaum muslimin bersedih atas kepergian beliau. Jenazah Imam Ahmad rahimahullahu Ta'ala
diberangkatkan ke perkuburan setelah shalat Jumat. Hampir enam ratus ribu manusia manusia mengiringi kepergian beliau ke perkuburan.

Sumber : Masyahir A'lamil Muslimin

Repost from Elfata

Rabu, 24 Februari 2016

Nutrisinya Hati

Sehat sakitnya hati sangat berpengaruh pada amalan jasad seseorang. Semakin giat seseorang melaksanakan ketaatan, menandakan hatinya begitu sehat dan selamat. Sebaliknya, semakin seseorang jauh dari ketaatan, menandakan sakit dan kelamnya hati, bahkan begitu mudah melakukan kemaksiatan. waliyadzubillah.
Bahkan, manusia begitu bergantung pada keselamatan hatinya untuk menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat, bukan pada kesehatan badan. Kekuatan dan kesehatan jasmani seseorang tidak bisa menjamin kebahagiaan hidupnya. Kadang kita melihat seseorang yang kuat dan sehat jasmaninya tapi dia tidak memiliki keberanian dan azzam. Ini menandakan hatinya tidak sekuat badannya.
Kita saksikan pula bagaimana para sahabat Rasulullah SAW yang jumlahnya sedikit mampu mengalahkan dan memukul mundur musuh-musuhnya yang secara kuantitas jauh lebih besar. Tidak lain karena hati mereka kuat sehingga melahirkan keberanian dan semangat yang besar. Layaknya badan, sehat dan sakitnya hati bergantung pada asupan gizi dan nutrisinya. Bahkan kebutuhan hati akan gizi bisa dibilang lebih besar dibanding kebutuhan badan. Wajar saja, karena hati menjadi komando semua anggota jasmani. Bila hati sakit maka seluruh pasukan yang terdiri dari anggota-anggota tubuh secara otomatis akan lumpuh total.

Nah, apa sajakah nutrisi hati itu ?
Dzikrullah Gizi Terlezat 
Berdzikir kepada Allah merupakan salah satu nutrisi hati yang dapat menyehatkan hati. Allah berfirman, "(yaitu) oramg-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (Ar Ra'd : 28)

Iman dan Taat kepada Allah
Nabi shallallahu 'alaihi wassalam memberi perintah kepada para sahabat, "Katakanlah, kami mendengar, kami taat dan kami menerimanya!"(Riwayat Muslim : 126). Maka Allah pun menancapkan keimanan di hati para sahabat karena penerimaan dan keyakinan mereka kepada Allah Ta'ala.

Mengikuti Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam
Orang yang mengikuti akan mencintai orang yang diikuti. Demikian juga dengan mengikuti  Nabi menandakan kecintaan yang mendalam kepada beliau. Padahal kita tahu dengan mengikuti Nabi dalam segala hidupnya akan melahirkan ketenangan dan ketentraman hati.

Merenungi Hadits
Banyak hadits Nabi shallallahu 'alaihi wassalam  yang bila kita mau merenunginya akan melahirkan ketenangan dan kelembutan hati. Di antaranya, Nabi bersabda, "Ya Allah, tidak ada kehidupan melainkan kehidupan akhirat ". (Riwayat Al-Bukhari no.6416 dan Muslim no.1805)
Dari Imra bin Husain radhiallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wassalam, beliau bersabda, "Aku melihat surga dan aku lihat kebanyakan penghuninya adalah orang-orang faqir". (Riwayat Al-Bukhari no.6449 dan Muslim no.2378)

Ridha dengan Qadha dan Qadar
Allah berfirman, "Tidaklah sebuah musibah terjadi kecuali dengan ijin Allah,
dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memberi petunjuk kepadanya".(At-Taghabun : 11)

Istighfar dan Doa
Tidak ada gizi yang lebih manfaat daripada istighfar dan berdoa kepada Allah. Sejatinya istighfar menjadikan rontoknya dosa yang dapat membersihkan hati. Sebagaimana sabda Nabi shallallahu 'alaihi wassalam, "Sesungguhnya seorang mukmin bila berbuat dosa, maka akan ada cap hitam di hatinya. Bila ia bertaubat dan beristighfar maka akan bersih hatinya. Bila tambah berbuat dosa maka bertambah pula cap hitamnya. Itulah penutup hati yang disebut dalam firman-Nya, "Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka". (Al-Muthafifin: 14)(Riwayat Ahmad Al Musnad 2/297 dengan sanad yang hasan)

Repost from Majalah Elfata


Abbas bin Firnas

Sumber : https://kisahmuslim.com 

Mengenal Abbas bin Firnas
Dia adalah Abu al-Qasim, Abbas bin Firnas bin Wirdas at-Takurini al-Andalusi al-Qurthubi. Ia merupakan seorang penemu dari Andalusia. Seorang filsuf dan juga penyair. Ia dibina dan dididik di kota ilmu dan ulama, Takurina di wilayah Kordoba.
Sejarawan tidak menyebutkan detil tentang kelahirannya. Hanya saja ia disebut hidup pada abad ke-2 sampai ke-3 Hijriyah. Ia hidup di masa kekhalifahan bani Umayyah II. Pada masa Khalifah al-Hakam I, Abdurrahman II, dan Muhammad I, yang hidup pada abad ke-9 Masehi.
Abbas bin Firnas menyandang kedudukan sebagai penyair kerajaan di ibu kota Kordoba. Ia merupakan sosok yang langka. Amat perhatian dengan matematika, ilmu falak, fisika, dan terkenal dengan riset tentang penerbangan. Ia adalah pilot pertama di dunia.
Para ahli sejarah sepakat, Abbas bin Firnas wafat pada tahun 887 M di umur yang ke 80 tahun.
Di masa hidupnya, Abbas tumbuh di pusat ilmu dan penemu. Ia tumbuh besar di Kota Kordoba, kota yang menjadi tujuan orang-orang Arab dan non-Arab untuk menimba ilmu pengetahuan dengan berbagai macam jurusannya.
Abbas bin Firnas memulai petualangannya dalam ilmu pengetahuan dengan mempelajari Alquran di Kuttab wilayah Takurina. Setelah itu barulah ia turut serta belajar di Masjid Kordoba untuk memperoleh pengetahuan Islam yang lebih luas. Fase belajar berikutnya, ia mulai mengadakan disukusi dan dialog, mengadakan seminar dan ceramah, dalam berbagai cabang ilmu syair, sastra, dan bahasa Arab.
Ia dikenal sebagai seorang sastrawan dan penyair Andalusia. Para pakar bahasa duduk bersamanya untuk belajar cabang-cabang ilmu bahasa Arab. Seperti: ilmu badi’, bayan, dan ilmu-ilmu balaghah lainnya.
Selain dikenal sebagai seorang ahli bahasa dan penyair yang handal, Ibnu Firnas juga menonjol dalam ilmu falak, kedokteran, dan penemu dalam berbagai bidang. Ia juga seorang ahli matematika dan Kimia.
Abbas bin Firnas adalah seorang yang sangat cerdas. Ia mampu memparalelkan satu cabang ilmu yang ia kuasai dengan cabang ilmu lainnya. Sehingga masing-masing ilmu itu memiliki keterkaitan, memberikan kajian yang lebih luas, dan lebih terasa manfaatnya secara ril. Misalnya, ilmu Kimia yang ia pelajari sangat membantunya dalam memahami detil pembuatan obat (farmasi), kedokteran, dan penerbangan. Ia memberikan sumbangsih pengetahuan yang begitu besar bagi ilmuan-ilmuan setelahnya. Para ilmuan di zamannya mengatakan, “Ia adalah seorang pakar dari para pakar. Unggul dari para koleganya dalam ilmu eksak, Kedokteran, Kimia, Teknik, Industri, dan para pakar sastra. Ia adalah seorang pionir yang mengejawantahkan sebuah teori menjadi riset dan praktik. Karena itulah, ia layak digelari dengan seorang maestronya Andalusia”.
Seorang Dokter Sekaligus Apoteker
Kajian Abbas bin Firnas meliputi ilmui Farmasi dan Kedokteran. Ia mampu mensinergikan kedua ilmu ini sehingga saling memanfaatkan satu dengan yang lain. Ia berpegang pada prinsip klasik kesehatan, mencegah lebih baik dari mengobati. “Satu ons pencegahan lebih baik dari satu kwintal pengobatan”, katanya.
Mungkin Anda bisa sebut Abbas seorang herbalis. Karena ia mempelajari benda-benda padat, pohon-pohon, dan juga tumbuh-tumbuhan untuk pengobatan. Ia mengadakan kajian dan diskusi bersama para dokter dan apoteker, mencari solusi tentang kesehatan badan dan menjaga dari penyakit.
Bani Umayyah II di Andalusia mengangkatnya sebagai dokter istana setelah menyeleksi beberapa dokter terkenal lainnya. Ia memiliki kualifikasi dokter yang luar biasa dalam hikmah, metode pengobatan, cara penyampaian, upaya pencegahan, dan kemampuan mengklasifikasikan makanan-makanan yang dapat berdampak penyakit.
Abbas bin Firnas tidak taklid dengan hasil riset orang lain. Ia belum puas sebelum melakukan penelitian sendiri. Oleh karena itulah, ia dikenal sebagai sosok yang senantiasa melakukan praktik dari teori-teori yang ia kaji, dalam setiap ilmu. Terutama Ilmu Kedokteran dan Farmasi. Lebih khusus lagi dalam bidang herbal.

Jasa dan Peninggalan Ibnu Firnas
Pertama: al-Miqat. Abbas bin Firnas membuat sebuah alat untuk mengetahui waktu. Semcam jam.
Kedua: al-Munaqalah. Yaitu sebuah alat hitung atau kalkulator di zaman itu.
Ketiga: Dzatul Halqi. Adalah astrolabe, yakni sebuah komputer astronomi yang sangat kuno untuk memecahkan masalah yang berkaitan dengan waktu, posisi matahari, dan bintang-bintang di langit.
Keempat: al-Qubah as-Samawiyah (planetarium). Planetarium adalah sebuah teater yang dibangun untuk menyajikan pertunjukan edukatif sekaligus hiburan tentang astronomi dan langit malam. Atau untuk pelatihan navigasi langit
Kelima: Membuat kaca dari batu dan pasir. Sejarawan sepakat bahwa Abbas bin Firnas adalah orang pertama di Andalusia yang mencetuskan ide industri kaca dari batu dan pasir. Dan Andalusia adalah wilayah termaju di Eropa saat itu.

Ilmu Penerbangan
Abbas binf Firnas telah melakukan banyak riset dan penelitian. Ia telah mengkaji masa benda ketika dihadapkan dengan udara dan pengaruh tekanan udara terhadap benda di ruang hampa uadara. Berbekal dari penguasaan ilmu eksak, matematika, dan kimia, ia terus mengkaji masa benda. Sampai akhirnya ia melakukan eksperim menerbangkan diri.
Ibnu Firnas memakai semacam sayap burung lengkap dengan bulu-bulunya yang terbuat dari sutra. Yang telah ia hitung mampu menahan berat tubuhnya. Setelah persiapan dirasa cukup, ia mengumumkan bahwa dirinya akan melakukan percobaan terbang.
Orang-orang pun berkumpul di pusat Kota Kordoba untuk menyaksikan pementasan dengan bintang tunggal, Abbas bin Firnas. Seorang manusia akan terbang seperti burung-burung melangkahi bangunan-bangunan Kordoba. Ibnu Firnas menapak, menaiki tempat tinggi untuk memulai aksinya. Ia kibaskan kedua sayapnya menepak udara. Lalu ia terbang. Melayang jauh dari tempat bertolak. Orang-orang menyaksikan peristiwa itu penuh dengan rasa takjub. Sampai akhirnya Ibnu Firnas mendarat.
Ibnu Firnas telah membuktikan bahwa benda padat bisa melayang di udara. Ia mampu menjadikan tubuhnya ringan dan menolak gravitasi bumi. Ketika ia meloncat dari tempat yang tinggi udara membawanya. Teori-teori dan praktik ini, kemudian terus dikembangkan menjadi penerbangan modern saat ini.

Pengakuan Barat Terhadap Ibnu Firnas
Sejarawan Amerika, Ellen White, menulis sebuah kajian yang diterbitkan dalam jurnal teknologi dan budaya tahun 1960, ia berpendapat pelopor penerbangan pertama di Eropa adalah Eilmer of Malmesbury.
Eilmer melakukan penerbangan saat melarikan diri dari salah satu penjara di Inggris. Ia melakukan percobaan penerbangan itu di awal abad ke-11 M. Ia membuat sayap dari bulu-bulu, lalu mengikatkannya di lengan dan kakinya, kemudian terbang dalam jarak tertentu. Namun ia jatuh dan menderita patah kaki. Aksinya itu terjadi di awal tahun 1010 M. Ellen White menyatakan apa yang dilakukan Eilmer ini bukan terinspirasi mitologi Yunani kuno tentang Daedalus dan anaknya, Ikarus. Ia mengikuti kajian ilmiah yang dilakukan oleh Ibnu Firnas. Karena Ibnu Firnas menjadi satu-satunya rujukan dalam dunia penerbangan di abad ke-11 M.
Namun sangat disayangkan, buku-buku ensiklopedi sejarah penerbangan hanya memunculkan nama Orville Wright (1877 – 1923 M) dan saudaranya Wilbur Wright (1867 -1912 M), sebagai pelopor dunia penerbangan. Mereka melupakan nama ilmuan muslim, Abbas bin Firnas, sebagai orang pertama yang mengadakan kajian manusia terbang melawan gravitasi bumi. Ibnu Firnas mencapai prestasinya pada abad ke-9, hampir 1000 tahunan sebelum Wright bersaudara melakukan penerbangan perdananya.
Capaian Ibnu Firnas tentu sesuatu yang ajaib di masa itu. Setelah itu, dunia penerbangan terus berkembang, Wright bersaudara dengan pesawat mesinnya hingga jadi seperti sekarang.

Universitas Khusus Kaum Hawa di Arab Saudi

Princess Nourah University 


Princess Nourah University adalah sebuah universitas di Arab Saudi yang merupakan universitas khusus wanita terbesar di dunia. Universitas ini terdiri dari 32 kampus di wilayah Riyadh dan sebuah perpustakaan yang memuat 4,5 juta jilid buku. Universitas ini awalnya didirikan sebagai Universitas Wanita Riyadh pada tahun 1970. Raja Abdullah bin Abdul Aziz meresmikan gedung institusi pendidikan tinggi untuk wanita yang paling besar dan paling mutakhir di dunia ini di dalam kota yang memuat pendidikan tinggi mandiri. Sebuah kampus baru didirikan pada Mei 2011 yang dapat menampung 40.000 mahasiswi dan 12.000 karyawati, juga memiliki 700 dipan pelatihan rumah sakit dan pusat penelitian untuk NanoteknologiTeknologi Informasi, dan Bioscience.

Website: www.pnu.edu.sa
sumber: www.manhajuna.com

Pribadi Menakjubkan Musa bin Ja'far

Sungguh kehidupan ulama penuh dengan kisah-kisah yang indah dan menakjubkan. Tak terkecuali Musa bin Ja'far. Beliau lahir di Kota Madinah pada tahun 129 H. Dan wafat di Kota Baghdad pada tahun 183 H.  Beliau merupakan salah satu ulama yang masih berasal dari garis keturunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau merupakan orang yang tekun beribadah. Banyak orang menyebutnya hamba yang shalih dikarenakan kesungguhannya dalam ibadah dan ketekunannya dalam menjalankan sholat malam. Beliau juga terkenal dengan kasih sayang dan kelemahlembutannya serta kedermawanannya. Berikut ini kisah menakjubkan dari Musa bin Ja'far. Syaqiq bin Ibrahim mengisahkan, "Suatu hari aku menuju kota Makkah al-Mukaromah untuk melaksanakan ibadah haji hingga aku singgah di daerah Qodisiyah. Ketika itu melihat sangat banyak manusia berada di daerah itu, tiba-tiba pandangan mataku tertuju pada seorang pemuda yang sangat rupawan berkulit sawo matang, dia mengenakan pakaian dari wol dan kedua kakinya memakai sandal sedang duduk menyendiri. Lalu aku berkata sendiri, "Pemuda itu dari kaum sufi akan menghalangi jalan manusia, demi Allah aku akan mendatanginya dan memperingatkannya." Aku pun mendekatinya, ketika aku mendekat dan membelakanginya tiba-tiba dia berkata : " Wahai Syaqiq, اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ (jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa) <Al-Hujurat : 12>." Kemudian dia meninggalkanku dan pergi berlalu. Aku berkata dalam hati, "Sesungguhnya ini adalah sebuah keajaiban dia telah mengetahui apa yang ada di hatiku dan mengucapkan namaku, tidaklah demikian kecuali dia adalah orang yang shalih, aku akan menemuinya dan mendatanginya dengan diam-diam". Aku pun segera mencarinya, namun aku tidak menjumpainya dan hilang dari pandangan mataku. Ketika aku sampai di suatu tempat, aku melihat pemuda tadi sedang melaksanakan sholat dengan khusyuknya, kedua matanya mengalirkan air mata. Aku berkata : "Ini adalah orang yang telah aku cari". Aku pun menunggunya hingga selesai sholat. Ketika selesai sholat tiba-tiba dia berkata kepadaku : 
"Wahai Syaqiq bacalah (Dan Sesungguhnya Aku Maha Pengampun bagi orang yang bertaubat, beriman, beramal shalih, Kemudian tetap di jalan yang benar) <Thahaa : 82>. Kemudian pemuda tadi kembali pergi meninggalkan aku. Aku berkata, "Sungguh pemuda ini adalah orang yang mulia, dia telah mengetahui hatiku sebelum aku mengatakannya." Ketika aku sampai daerah Rimal, aku mendapati sang pemuda tadi berdiri di dekat sumur dengan kedua tangan memegang bejana kulit berniat meminum air tersebut. Tiba-tiba bejananya terjatuh ke sumur, aku memandangi kejadian tadi lalu aku melihat dia memandangi langit dan berdoa, 
Engkau adalah Tuhanku ketika aku membutuhkan air 
Dan memberi aku makan ketika aku membutuhkan makanan
Ya Allah Tuhanku janganlah Engkau hilangkan hartaku
Syaqiq berkata, "Demi Allah aku sungguh melihat air sumur meluap, kemudian pemuda tadi mengarahkan kedua tangannya mengambil bejana kulit yang terjatuh tadi dan memenuhinya dengan air dan berwudhu dengannya lalu melaksanakan sholat 4 rakaat. Kemudian dia bersandar di bukit pasir lalu memegang bejana tadi dan meminum air di dalamnya. Aku pun menemuinya dan mengucapkan salam, dia membalas salamku. Aku berkata,"Berilah aku makanan dari apa yang telah Allah karuniakan kepadamu." Dia berkata, "Wahai Syaqiq nikmat Allah akan selalu diberikan kepada baik itu nampak ataupun tidak, maka berbaik sangkalah engkau kepada Allah." Kemudian dia memberikan bejana kulitnya kepadaku, aku meminum air darinya. Ketika aku meminum air tersebut ternyata itu seperti campuran tepung dan gula. Demi Allah aku belum pernah merasakan minuman yang lebih lezat dan lebih wangi baunya daripada minuman tersebut. Aku pun merasa kenyang dengannya, aku melalui beberapa hari tanpa menginginkan makanan atau minuman apapun. Kemudian setelah itu aku tidak melihatnya lagi hingga aku sampai di kota Makkah. Aku melihatnya di pertengahan malam sedang sholat dengan khusyuknya disertai dengan tangisan terisak. Hal itu berlalu terus-menerus hingga datang waktu subuh. Lalu dia sholat subuh kemudian bertasbih lalu diteruskan dengan sholat dhuha dan berthawaf tujuh kali. Setelah itu dia keluar, aku mengikutinya. Ternyata aku melihat dia memiliki pelayan yang banyak dan harta yang berlimpah. Sungguh keadaan yang berbeda dari yang telah aku lihat tempo hari. Dia berjalan sedangkan manusia mengucapkan salam kepadanya. Aku pun bertanya kepada salah seorang dari mereka siapa pemuda tersebut ? Maka orang tersebut menjawab, "Dia adalah Musa bin Ja'far bin Muhammad bin Ali bin Al-Husain bin Ali bin Abi Tholib."
Demikianlah kisah dari salah seorang keturunan Rasullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, Musa bin Ja'far, semoga Allah merahmatinya.
 Wallahu a'lam

sumber : Elfata