Sumber : https://kisahmuslim.com
Mengenal Abbas bin Firnas
Dia adalah Abu al-Qasim, Abbas bin Firnas bin Wirdas at-Takurini
al-Andalusi al-Qurthubi. Ia merupakan seorang penemu dari Andalusia.
Seorang filsuf dan juga penyair. Ia dibina dan dididik di kota ilmu dan
ulama, Takurina di wilayah Kordoba.
Sejarawan tidak menyebutkan detil tentang kelahirannya. Hanya saja ia
disebut hidup pada abad ke-2 sampai ke-3 Hijriyah. Ia hidup di masa
kekhalifahan bani Umayyah II. Pada masa Khalifah al-Hakam I, Abdurrahman
II, dan Muhammad I, yang hidup pada abad ke-9 Masehi.
Abbas bin Firnas menyandang kedudukan sebagai penyair kerajaan di ibu
kota Kordoba. Ia merupakan sosok yang langka. Amat perhatian dengan
matematika, ilmu falak, fisika, dan terkenal dengan riset tentang
penerbangan. Ia adalah pilot pertama di dunia.
Para ahli sejarah sepakat, Abbas bin Firnas wafat pada tahun 887 M di umur yang ke 80 tahun.
Di masa hidupnya, Abbas tumbuh di pusat ilmu dan penemu. Ia tumbuh
besar di Kota Kordoba, kota yang menjadi tujuan orang-orang Arab dan
non-Arab untuk menimba ilmu pengetahuan dengan berbagai macam
jurusannya.
Abbas bin Firnas memulai petualangannya dalam ilmu pengetahuan dengan
mempelajari Alquran di Kuttab wilayah Takurina. Setelah itu barulah ia
turut serta belajar di Masjid Kordoba untuk memperoleh pengetahuan Islam
yang lebih luas. Fase belajar berikutnya, ia mulai mengadakan disukusi
dan dialog, mengadakan seminar dan ceramah, dalam berbagai cabang ilmu
syair, sastra, dan bahasa Arab.
Ia dikenal sebagai seorang sastrawan dan penyair Andalusia. Para
pakar bahasa duduk bersamanya untuk belajar cabang-cabang ilmu bahasa
Arab. Seperti: ilmu badi’, bayan, dan ilmu-ilmu balaghah lainnya.
Selain dikenal sebagai seorang ahli bahasa dan penyair yang handal,
Ibnu Firnas juga menonjol dalam ilmu falak, kedokteran, dan penemu dalam
berbagai bidang. Ia juga seorang ahli matematika dan Kimia.
Abbas bin Firnas adalah seorang yang sangat cerdas. Ia mampu
memparalelkan satu cabang ilmu yang ia kuasai dengan cabang ilmu
lainnya. Sehingga masing-masing ilmu itu memiliki keterkaitan,
memberikan kajian yang lebih luas, dan lebih terasa manfaatnya secara
ril. Misalnya, ilmu Kimia yang ia pelajari sangat membantunya dalam
memahami detil pembuatan obat (farmasi), kedokteran, dan penerbangan. Ia
memberikan sumbangsih pengetahuan yang begitu besar bagi ilmuan-ilmuan
setelahnya. Para ilmuan di zamannya mengatakan, “Ia adalah seorang pakar
dari para pakar. Unggul dari para koleganya dalam ilmu eksak,
Kedokteran, Kimia, Teknik, Industri, dan para pakar sastra. Ia adalah
seorang pionir yang mengejawantahkan sebuah teori menjadi riset dan
praktik. Karena itulah, ia layak digelari dengan seorang maestronya
Andalusia”.
Seorang Dokter Sekaligus Apoteker
Kajian Abbas bin Firnas meliputi ilmui Farmasi dan Kedokteran. Ia
mampu mensinergikan kedua ilmu ini sehingga saling memanfaatkan satu
dengan yang lain. Ia berpegang pada prinsip klasik kesehatan, mencegah
lebih baik dari mengobati. “Satu ons pencegahan lebih baik dari satu
kwintal pengobatan”, katanya.
Mungkin Anda bisa sebut Abbas seorang herbalis. Karena ia mempelajari
benda-benda padat, pohon-pohon, dan juga tumbuh-tumbuhan untuk
pengobatan. Ia mengadakan kajian dan diskusi bersama para dokter dan
apoteker, mencari solusi tentang kesehatan badan dan menjaga dari
penyakit.
Bani Umayyah II di Andalusia mengangkatnya sebagai dokter istana
setelah menyeleksi beberapa dokter terkenal lainnya. Ia memiliki
kualifikasi dokter yang luar biasa dalam hikmah, metode pengobatan, cara
penyampaian, upaya pencegahan, dan kemampuan mengklasifikasikan
makanan-makanan yang dapat berdampak penyakit.
Abbas bin Firnas tidak taklid dengan hasil riset orang lain. Ia belum
puas sebelum melakukan penelitian sendiri. Oleh karena itulah, ia
dikenal sebagai sosok yang senantiasa melakukan praktik dari teori-teori
yang ia kaji, dalam setiap ilmu. Terutama Ilmu Kedokteran dan Farmasi.
Lebih khusus lagi dalam bidang herbal.
Jasa dan Peninggalan Ibnu Firnas
Pertama: al-Miqat. Abbas bin Firnas membuat sebuah alat untuk mengetahui waktu. Semcam jam.
Kedua: al-Munaqalah. Yaitu sebuah alat hitung atau kalkulator di zaman itu.
Ketiga: Dzatul Halqi. Adalah astrolabe, yakni
sebuah komputer astronomi yang sangat kuno untuk memecahkan masalah yang
berkaitan dengan waktu, posisi matahari, dan bintang-bintang di langit.
Keempat: al-Qubah as-Samawiyah (planetarium). Planetarium
adalah sebuah teater yang dibangun untuk menyajikan pertunjukan edukatif
sekaligus hiburan tentang astronomi dan langit malam. Atau untuk
pelatihan navigasi langit
Kelima: Membuat kaca dari batu dan pasir. Sejarawan sepakat bahwa
Abbas bin Firnas adalah orang pertama di Andalusia yang mencetuskan ide
industri kaca dari batu dan pasir. Dan Andalusia adalah wilayah termaju
di Eropa saat itu.
Ilmu Penerbangan
Abbas binf Firnas telah melakukan banyak riset dan penelitian. Ia
telah mengkaji masa benda ketika dihadapkan dengan udara dan pengaruh
tekanan udara terhadap benda di ruang hampa uadara. Berbekal dari
penguasaan ilmu eksak, matematika, dan kimia, ia terus mengkaji masa
benda. Sampai akhirnya ia melakukan eksperim menerbangkan diri.
Ibnu Firnas memakai semacam sayap burung lengkap dengan bulu-bulunya
yang terbuat dari sutra. Yang telah ia hitung mampu menahan berat
tubuhnya. Setelah persiapan dirasa cukup, ia mengumumkan bahwa dirinya
akan melakukan percobaan terbang.
Orang-orang pun berkumpul di pusat Kota Kordoba untuk menyaksikan
pementasan dengan bintang tunggal, Abbas bin Firnas. Seorang manusia
akan terbang seperti burung-burung melangkahi bangunan-bangunan Kordoba.
Ibnu Firnas menapak, menaiki tempat tinggi untuk memulai aksinya. Ia
kibaskan kedua sayapnya menepak udara. Lalu ia terbang. Melayang jauh
dari tempat bertolak. Orang-orang menyaksikan peristiwa itu penuh dengan
rasa takjub. Sampai akhirnya Ibnu Firnas mendarat.
Ibnu Firnas telah membuktikan bahwa benda padat bisa melayang di
udara. Ia mampu menjadikan tubuhnya ringan dan menolak gravitasi bumi.
Ketika ia meloncat dari tempat yang tinggi udara membawanya. Teori-teori
dan praktik ini, kemudian terus dikembangkan menjadi penerbangan modern
saat ini.
Pengakuan Barat Terhadap Ibnu Firnas
Sejarawan Amerika, Ellen White, menulis sebuah kajian yang
diterbitkan dalam jurnal teknologi dan budaya tahun 1960, ia berpendapat
pelopor penerbangan pertama di Eropa adalah Eilmer of Malmesbury.
Eilmer melakukan penerbangan saat melarikan diri dari salah satu
penjara di Inggris. Ia melakukan percobaan penerbangan itu di awal abad
ke-11 M. Ia membuat sayap dari bulu-bulu, lalu mengikatkannya di lengan
dan kakinya, kemudian terbang dalam jarak tertentu. Namun ia jatuh dan
menderita patah kaki. Aksinya itu terjadi di awal tahun 1010 M. Ellen
White menyatakan apa yang dilakukan Eilmer ini bukan terinspirasi
mitologi Yunani kuno tentang Daedalus dan anaknya, Ikarus. Ia mengikuti
kajian ilmiah yang dilakukan oleh Ibnu Firnas. Karena Ibnu Firnas
menjadi satu-satunya rujukan dalam dunia penerbangan di abad ke-11 M.
Namun sangat disayangkan, buku-buku ensiklopedi sejarah penerbangan
hanya memunculkan nama Orville Wright (1877 – 1923 M) dan saudaranya
Wilbur Wright (1867 -1912 M), sebagai pelopor dunia penerbangan. Mereka
melupakan nama ilmuan muslim, Abbas bin Firnas, sebagai orang pertama
yang mengadakan kajian manusia terbang melawan gravitasi bumi. Ibnu
Firnas mencapai prestasinya pada abad ke-9, hampir 1000 tahunan sebelum
Wright bersaudara melakukan penerbangan perdananya.
Capaian Ibnu Firnas tentu sesuatu yang ajaib di masa itu. Setelah
itu, dunia penerbangan terus berkembang, Wright bersaudara dengan
pesawat mesinnya hingga jadi seperti sekarang.
0 komentar:
Posting Komentar