Minggu, 28 Februari 2016

Imamnya Sunnah dan Fakihnya Para Ahli Hadits


Bernama lengkap Ahmad bin Muhammad bin Hambal bin Hilal bin Asad Al Marwazi Al Baghdadi/ Ahmad bin Muhammad bin Hanbal. Lahir di Kota Baghdad pada tahun 164 H di bulan Rabiul Awwal. Ayahandanya adalah seorang komandan pasukan di Kota Khurosan. Beliau ditinggal ayahnya pada saat usia tiga tahun, dan beliau tumbuh dalam kondisi yatim. Ibunya, Shafiyya Asy Syaibani menggantikan peran sang ayah, mendidiknya penuh perhatian dan kesungguhan. Beliau hidup dalam kemiskinan dan kekurangan. Hal ini mendorongnya untuk mandiri dan mulai bekerja sejak dini. Beliau menjahit pakaian dan menjualnya. Bahkan beliau rela menjadi tukang angkut barang di jalanan. Hal ini lebih mulia dan baik baginya daripada menengadahkan tangan meminta-minta dari orang lain. Beliau telah hafal seluruh isi Al Quran saat berumur 14 tahun.Selain iru, beliau juga belajar bahasa Arab dan menulis. Ahmad muda sangat cinta pada ilmu hingga sang ibu merasa khawatir dengan kelelahandan perjuangan keras yang dikerahkannya saat belajar. Suatu hari beliau hendak pergi belajar sebelum waktu subuh. Namun, sang ibu memegang kain bajunya dan menegurnya dengan lembut, "Duh Ahmad, tunggulah sampai orang-orang telah bangun dari tidur mereka."
Waktu terus berlalu, usia beliau telah lima belas tahun. Beliau berkeinginan untuk belajar hadits-hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam dari ulama besar. Ia belajar pada semua ulama Baghdad yang ada. Diantara gurunya adalah Abu Yusuf (murid Imam Abu Hanifah), dan Hasyim bin Masyir. Setelah itu, Ahmad berpikir untuk bepergian ke negeri-negeri muslim untuk menuntut ilmu dari para ulama Islam. Demi mendapatkan hadits-hadits dari ulama-ulama kenamaan tersebut, beliau melakukan perjalanan ke Kota Kufah, Basrah, Makkah, Madinah, Yaman, Syam, Iraq, dan negeri-negeri Islam yang lain. Karena kecintaan beliau terhadap ilmu, beliau rela berjalan kaki ke tempat tujuan hingga kakinya pecah-pecah. Dengan seizin Allah Ta'ala, perjuangan beliau menuai hasil, Jadilah beliau ulama besar sepanjang zaman. Meski begitu, semangatnya dalam belajar tak pernah surut. Seorang sahabat beliau pernah bertanya kepada beliau, Sampai kapan engkau akan menuntut ilmu, padahal saat ini engkau sudah menjadi imamnya kaum muslimin dan seorang alim besar?!" Beliau pun menjawab, "Ma'al mahbarah ilal maqbarah (bersama tempat tinta hingga ke liang kubur)." Di masanya, tak ada seorang pun yang lebih hafal hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wassalam dibanding dirinya. Sampai akhirnya beliau disebut imamnya sunnah dan fakihnya para ahli hadits. Ada yang mengatakan bahwa beliau telah hafal satu juta hadits mencakup hadits, atsar, dan fatwa para tabi'in. Ahmad bin Hanbal adalah seorang yang zuhud terhadap dubia, rela dengan sedikit harta. Namun, hari-hari beliau disibukkan dengan beribadah dan berdzikir kepada Allah Ta'ala. Meski kesibukannya dalam ilmu luar biasa, tapi beliau tidak melupakan untuk merawat tubuhnya. Tubuh dan pakaian beliau bersih, dan rajin merapikan rambut. Beliau juga dekat dengan fakir miskin. Beliau sangat sangat santun, rendah hati, tenang, dan pemalu. Namun, di sisi kelembutannya, beliau bisa begitu tegas san keras apabila larangan Allah Ta'ala dilanggar. Imam Syafi'i rahimahullahu ta'ala pernah berkomentar, "Aku keluar (meninggalkan) Baghdad, sementara itu tidak aku tinggalkan kota tersebut orang yang lebih wara', lebih fakih, dan lebih bertakwa daripada Ahmad bin Hanbal." Beliau wafat di Baghdad pada tanggal 12 Rabiul Awwal 241 H, setelah sakit berat. Kaum muslimin bersedih atas kepergian beliau. Jenazah Imam Ahmad rahimahullahu Ta'ala
diberangkatkan ke perkuburan setelah shalat Jumat. Hampir enam ratus ribu manusia manusia mengiringi kepergian beliau ke perkuburan.

Sumber : Masyahir A'lamil Muslimin

Repost from Elfata

1 komentar: